puisi

kisah sedih seorang ayah

Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana, ingin hidup bahagia.

Bahagia tak mahu jejaki Aku..

perang bathinku

SUNYIKU

RINDU

Ku relakan dikau pergi..

Bahagia tak mahu jejaki Aku..

Kalau dapat ku karang Puisi Cinta..

Apa Akhir Rindu Pungguk..

Luka di sini..

Tinggalkan komentar